PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Prestasi belajar yang diraih siswa di Indonesia masih tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan. Hal ini di sebabkan banyaknya penyimpangan
perialaku yang terjadi pada siswa. Selain faktor kenakalan remaja, penurunan
prestasi belajar juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, faktor
internal yaitu faktor dari dalam diri siswa sendiri yang lazim/biasa dengan
aneka macam bentuk dan jenisnya. Kedua, faktor ekternal yaitu yang
bersumber dari luar individu siswa.
Kegagalan akademik tidak hanya berdampak pada para siswa dan orang
tua hal ini pula berdampak pada tingkat masyarakat yang mana terjadinya
kelangkaan tenaga kerja disemua bidang teritama
dibidang ekonomi dan pemerintahan. Ashikia setuju bahwa tingkat jatuhnya
prestasi akademik disebabkan sikap guru dalam mengajar. Adegbite mengatakan
bahwa sikap beberapa guru yang sering tidak hadir untuk mengajar dan terlambat
hadir disekolah yang merusak ego para siswa. Edun dan Akanji menegaskan bahwa
penurunan prestasi akademik diantara siswa biasanya dikaitkan dengan otoritas
sekolah dan sikap guru dalam mengajar. Berdasarkan beberapa pendapat, faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar penelitian ini memfokuskan pada faktor
kecerdasan emosional hal ini karena kecerdasan emosional sendiri bertumpu pada
hubungan perasaan, watak, dan naluri moral yang mencakup pengendalian diri,
semangat dan ketekunan, kemampuan menyesuaikan diri, kemampuan memecahkan
masalah pribadi, mengendalikan amarah serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, terutama dalam
proses pembelajaran.
Menurut Kanhai kecerdasan emosional mempunyai hubungan yang kuat
dengan prestasi belajar. Kanhai menunjukkan beberapa hasil penelitian oleh
beberapa akademisi tentang adanya
pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar. Kanhai
mengatakan pula bahwa kecerdasan emosional adalah cara mengenali, memahami dan
memilih bagaimana kita berfikir, merasa dan bertindak. Arema mengatakan dalam
tulisannya bahwa terdapat hubungan yang positif antara kecerdasan emosional dan
prestasi belajar. Emosi yang terkendali sangat menolong individu melakukan
proses belajar, tetapi dengan emosi yang tidak terkendali menjadikan pribadi kehilangan kontrol yang
normal terhadap dirinya, misalnya takut, marah ,stress, putus asa atau sangat
gembira, ini semua akan menghambat proses belajar dan prestasi yang dicapai.
Parker juga menemukan bahwa berbagai dimensi kecerdasan emosional
adalah prediktor keberhasilan akademis. Hal ini sudah jelas bahwa fokus utama
pendidikan adalah prestasi akademik yang telah diukur dengan menggunakan tes
kecerdasan atau bentuk lain dari pemeriksaan standar, dan sekolah tidak dapat
mengabaikan perkembangan ranah emosional dan faktor personal lainnya yang
berkontribusi terhadap keberhasilan siswa. Kecerdasan emosional memiliki kontribusi
penting dalam proses belajar mengajar. Kecerdasan emosional merupakan pradigma
baru dalam pendidikan yang memberikan harapan dan trobosan pada pengelolan
pendidikan yang selama ini bertumpu pada keyakinan bahwa intelegensi sebagai
faktor penentu keberhasilan anak dalam
belajar. Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat dan
ketekunan serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri. Menurut Nelson dan Low
mengindetifikasikan bahwa sanagat penting untuk membangun keterampilan
kecerdasan emosional yang lebih efektif. Beberapa penelitian mengatakan bahwa
kecerdasan emosional dapat menjadi prediktor yang lebih kuat dari pada
kecerdasan intelektual dalam belajar.
Adapun ciri yang menandai kecerdasan emosional dalam pendidikan
Islam terdapat pada pendidikan akhlak. Kecerdasan emosional dalam Islam disebut
kognitif qalbiyah. Berkaitan dengan ini Abdul Mujib mengatakan bahwa
kecerdasan emosional adalah kecerdasan kalbu yang berkaitan dengan pengendalian
nafsu-nafsu impulsif dan agresif, kecerdasan ini mengarahkan seseorang untuk
bertindak secara hati-hati, waspada,
tenang, dan sabar dan tabah ketika
menghadapi masalah, serta berterimakasih ketika mendapat kenikmatan. Perilaku
manusia itu dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal, beberapa penelitian
mengatakan bahwa pembelajaran akhlak pertama adalah lingkungan, karena pada
dasarnya kehidupan manusia adalah perilaku manusia itu sendiri.
Tugas sekolah bukan hanya memberikan pengetahuan tetapi juga
memberikan setiap apa yang dibutuhkan murid untuk mengarahkan kepada hal-hal
yang sesuai dengan kebutuhannya sehingga murid bisa mencapai hasil yang
memuaskan. Prestasi tidak dilihat dalam perbandingan dengan anak lain, tetapai
dari upaya memaksimalkan potensi diri
dan menjadi lebih baik. Belajar menjadi sesuatu yang menyenangkan, dan tidak membebani. Belajar jadi kebutuhan
bukan keharusan. Sekolah tidak menjadi penjara yang membosankan. Anak-anak
belajar dari pembiasaan dari sesuatu yang dekat yang terus menerus disentuhkan
sehingga akan membentuk pemahaman anak mengenai hal tersebut. Pemahaman yang
melekat dan telah menjadi konsep diri akan terus dibawa hingga dewasa.
Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk membentuk perilaku dan kepribadian
individu sesuai dengan prinsip-prinsip dan konsep Islam dalam mewujudkan nilai
moral dan sebagai landasan pencapian pendidikan nasional. Selain itu pendidikan
Agama Islam menghilangkan semua perilaku buruk dan menjauhkan dari hal-hal yang
buruk serta mengembangkan perilaku-perilaku yang sesuai dengan kehidupan. Guru
adalah petugas profesional pendidikan dalam interaksi belajar mengajar yang
mencakup tiga aspek yaitu pengajaran, kepemimpinan, dan penilaian. Emosi siswa
dalam menerima pelajaran agama sangat mempengaruhi prestasi belajar Pendidikan
Agama Islam. Peserta didik yang memiliki emosi baik akan mudah menerima
pelajaran yang disampaikan. Peserta didik memiliki hak penuh dalam mengatur
kestabilan emosinya. Adapun faktor luar yang mendorong emosinya hanyalah
merupakan faktor pendorong yang pada akhirnya keputusan ada pada dirinya
sendiri.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
emosional merupakan salah satu hal yang penting khususnya bagi remaja.
Kecerdasan emosional berkaitan dengan pengendalian emosi yang menjadikan siswa
untuk lebih berkosenterasi dan tenang dalam belajar serta memotivasi siswa untuk lebih tekun dalam belajar. Dalam hal
ini tentunya kecerdasan emosional yang dimiliki oleh remaja dapat menjadi
pengaruh yang baik dalam meningkatkan prestasi belajar khususnya pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam.
B.
Permasalahan
1.
Identifikasi
Masalah
Latar belakang yang diuraikan membuka kemungkinan munculnya
permasalahan antara lain :
a.
Prestasi belajar tidak hanya
dipengaruhi oleh satu faktor, tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan sepiritual,
faktor lingkungan, sekolah, orang tua, dll.
b.
Pengaruh lingkungan yang negatif
turut menyumbang turunya prestasi belajar siswa.
c.
Sistem Pendidikan Agma Islam dalam
mengembangkan kecerdasan emosional yang membantu meningkatkan prestasi belajar
siswa.
d.
Bentuk dan karakteristik
pengembangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Alam Indonesia.
e.
Pengembangna pembelajaran kecerdasan
emosional sekolah lanjutan di Sekolah Alam Indonesia di mungkin kan bisa
membentuk kepribadian anak menjadi baik dari segi kognitif, afektif, maupun
psikomotorik.
2.
Pembatasan
Masalah
Prestasi belajar yang diraih tentunya dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang berbeda-beda diantaranya: faktor internal yang didalamnya termasuk
faktor kecerdasan intelektual, kecerdasan sepiritual, dan faktor kecerdasan
emosional. Adapun faktor eksternal yang termasuk didalamnya faktor lingkungan,
sekolah, dan keluarga. Oleh karena luasnya permasalahan yang diidentifikasi,
dan banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, maka penelitian
ini akan difokuskan pada faktor kecedasan emosional sebagai faktor determinan yang mempengaruhi prestasi
belajar. Hal ini dikarenakan kecerdasan emosional memiliki keterkaitan yang
tinggi dengan proses belajar mengajar yang melalui pengendalian emosi,
manajemen emosi untuk lebih fokus dalam belajar dan memotivasi siswa untuk
lebih tekun dalan belajar.
3.
Perumusan
Masalah
Berlandasan batasan masalah, maka rumusan masalah yang diteliti
adalah: Bagaimana pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar pada
siswa sekolah lanjutan Sekolah Alam Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kecerdasan emosional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi
belajar, kemudian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kecerdasan emosional
terhadap prestasi belajar siswa.
D. Penalitian Terdahulu yang Relevan
Oyesojl A, Aremu, Adeyinka Tella, dan Adedeji Tella menulis dalam
penelitiannya yang berjudul “ Relationship among Emotional Intelligence,
Parental Involvement and Academic Achievement of Secondary School Student in
Ibadan, Nigeria.” Studi ini meneliti hubungan antara kecerdasan emosional,
keterlibatan orang tua dan prestasi akademik dari 500 siswa sekolah menengah di
Ibadan, Nigeria. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa baik kecerdasan
emosional dan keterlibatan orang tua bisa memprediksi prestasi akademik.
Bhadouria Preeti menuliskan dalam makalahnya yang berjudul “Role of
Emotional Intelligence for Academic Achievement for Students” menyajikan bahwa
prestasi akademik tanpa kecerdasan emosional tidak menunjukkan keberhasilan
masa depan dan adanya kecerdasan emosional juga menunjukkan kepribadian dan
kemampuan untuk membangun hubungan ditempat kerja serta disekolah-sekolah dan
itu sangat penting untuk pendidikan berkualitas.
E.
Metodologi
Penelitian
Penelitian ini menggunakan analisis regressi linear berganda, maka
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuntitatif.
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan.
1.
Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu
:
a.
Sumber primer penelitian ini adalah
pengisian kuesioner yang diisi oleh sumber utama yaitu siswa sekolah lanjutan,
serta wawancara dan observasi terhadap sekolah, siswa, dan guru sekolah
lanjutan Sekolah Alam Indonesia.
b.
Sumber skunder penelitian ini adalah
buku, buku, jurnal, dan artikel yang berkaitan dengan kecerdasan emosional dan
prestasi belajar.
2.
Populasi dan
Sampel
Adapun populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa
sekolah lanjutan di Sekolah Alam Indonesia tahun ajaran 2013-2014 dengan jumlah
siswa 113 orang. Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah
probability sampling, yaitu pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur( anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Stratifikasi dalam penelitian ini dilakungan dengan mengambil sampel sebanyak
90 siswa dengan taraf kesalahan 5% dari jumlah keseluruhan siswa sekolah
lanjutan Sekolah Alam Indonesia yaitu 113 siswa.
3.
Instrument dan
Teknik Pengumpulan Data
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan. Penelitian ini
merupakan penelitian survey. Penelitian ini menggunakan data primer dan
sekunder. Koisioner, wawancara dan observasi beberapa siswa sekolah lanjutan
Sekolah Alam Indonesia.
a.
Alat Ukur Skala
Kecerdasan Emosional
Skala kecerdasan emosional yang dipakai dalam penelitian ini adalah
skala kecerdasan emosional yang diadaptasi dan dimodifikasi berdasarkan dimensi
kecerdasan emosional milik Daniel Goleman sebagai indikator. Sistem penilaian
skala dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Item Favoable : sangat sesuai (4),
sesuai (3), tidak sesuai (2), sangat
tidak sesuai (1)
2.
Item Unfavorible : sangat sesuai
(1), sesuai (2), tidak sesuai (3), sangat tidak sesuai (4)
b.
Alat Ukur Skala
Prestasi Belajar
Untuk mengukur prestasi belajar peneliti menggunakan instrument
penilaian tes (kuesioner). Sedangkan pada ranah afektif peneliti menggunakan
sistem penelitian sebagai berikut :
1.
Item Favorable : sangat sesuai (4),
sesuai (3), tidak sesuai (2), sangat tidak sesuai (1)
2.
Item Unfavorable : sangat sesuai
(1), sesuai (2), tidak sesuai (3), sangat tidak sesuai (4)
4.Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui bahwasanya kecerdasan emosional memiliki
kontribusi/ pengaruh positif atau negatif terhadap prestasi belajar siswa
sekolah lanjutan, maka peneliti menggunakan uji regresi linear berganda.
Selanjutnya peneliti menggunakan multi regresi untuk mengetahui pengaruh
dimensi kecerdasan emosional apa yang paling mempengaruhi prestasi belajar.
Sedangkan untuk mengetahui prestasi belajar dari segi ranah afektif, kognitif,
psikomotorik peneliti menggunakan uji multi variat. Hasil uji regresi tersebut
selanjutnya diperkuat dengan data kuantitatif melalui wawancara dan refrensi
yang berkaitan dengan penelitian.
F.
Sistematika
Penulisan
Di bab pertama dalam latar belakang masalah, peneliti mencoba
mengemukan tentang prestasi belajar. Selain itu peneliti juga berusaha
mengemukan bagaimana pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar,
lalu peneliti juga menuliskan perdebatan antara kecerdasan emosional sebagai
pengaruh positif terhadap prestasi belajar, kecerdasan emosional tidak berpengaruh
terhadap prestasi belajar dan kecerdasan-kecerdasan yang lain turut
mempengaruhi prestasi belajar.
Bab kedua, peneliti memperjelas perdebatan akademik mengenai
kecerdasan emosional dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar serta
mendeskripsikan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan penelitian.
Peneliti juga menuliskan kecerdasan emosional sebagai faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar serta faktor lain apa saja yang mempengaruhi prestasi belajar
siswa.
Bab ketiga, peneliti mendeskripsikan tempat penelitian kemudian
menjabarkan sistem pendidikan sekolah. Peneliti juga menampilkan data tingkat
kecerdasan emosional dan menganalisisnya dan mendeskripsikan dengan tujuan
menghasilkan kesimpulan.
Bab keempat, peneliti menampilkan data tentang prestasi belajar
pendidikan agama Islam yang teperinci kedalam mata pelajaran Ulumul Qur’an dan
Fiqih kemudian data prestasi belajar tersebut dianalisis satu persatu dalam
tiga ranah Afektif, Kognitif, dan Psikomotorik serta menganalisis tentang
pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam.
Peneliti juga menuliskan beberapa aspek kecerdasan emosioanal yaitu, pengaruh
pemahaman emosi siswa terhadap prestasi belajar PAI, pengelolaan emosi siswa
dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar PAI, motivasi siswa dan pengaruhnya
terhadap prestasi belajar PAI, pengaruh empati terhadap prestasi belajar PAI,
hal ini dilakukan untuk mengetahui aspek manakah yang paling mempengaruhi
prestasi belajar siswa.
Bab kelima, peneliti menyimpulkan kembali secara singkat dari
perdebatan akademik, sumber penelitian, metodologi hingga akhir analisis.
Kecerdasan
Emosional dan Prestasi Belajar
A. Berbagai Pandangan tentang Kecerdasan Emosional
Tesis ini menganalisis teori yang dikemukan oleh beberapa akademik
yang mengatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh secara signifikan
terhadap prestasi belajar. Semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional maka
semakin tinggi tingkat prestasi belajar. Dasar pemikirannya adalah bahwa
kecerdasan emosional merupakan paradigma baru dalam proses belajar mengajar
yang selama ini bertumpu pada keyakinan bahwa kecerdasan intelektual merupakan
faktor penentu keberhasilan seseorang.
Tesis ini mendukung beberapa teori diantaranya Parker (2004) dan
Ogundokun (2010) yang mengatakan bahwa berbagai dimensi kecerdasan emosional
merupakan prediktor keberhasilan akademis. Kanhai (2014), Aremu (2006) dan
Nwadinigwe (2012) mengatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan
emosional dan prestasi belajar, sehingga berkembangnya keterampilan kecerdasan
emosional siswa akan mengarah pada peningkatan prestasi akademik.
1.
Pengertian
Prestasi Belajar
Mulyono Abdurrahman mengemukan bahwa belajar merupakan suatu proses
dari sesorang individu yang berupaya mencapai tujuan yang belajar atau yang
biasa disebut prestasi belajar. Menurut Mulyono Abdurrahman prestasi belajar
adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Dari
pengertian tersebut, prestasi belajar selalu terkait dengan hasil yang dicapai
karena suatu usaha, ilmu pengetahuan (aspek kognitif), sikap dan cit-cita
(aspek afektif), serta keterampilan dan kebiasaan (aspek psikomotorik) setelah
mengikuti proses belajar mengajar.
2.
Pengertian
Kecerdasan Emosional
Menurut Abdul Majid kecerdasan emosional merupakan kecerdasan kalbu
yang berkaitan dengan pengendalian nafsu-nafsu impulsive dan agresif. Di dalan
Al-Qur’an, aktivitas kecerdasan emosional seringkali dihubungi dengan kalbu.
B.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Di dalam tesis ini ada beberapa faktor di bahas yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar yaitu faktor ekonomi, faktor pendidikan orang tua, faktor
guru, dan faktor kecerdasan emosional
Kecerdasan Emosional Siswa Sekolah Lanjutan Di Sekolah Alam
Indonesia
A. Profil Sekolah Lanjutan
Sekolah Alam Indonesia
1.
Tinjuan
Historis dan Geografis
Sekolah Alam Indonesia merupakan sekolah komunitas dan sekolah alam
pertama di Indonesia yang berdiri tahun 1998, awalnya bernama sekolah alam
Ciganjur, berlokasi di Jl Damai, Ciganjur, dengan 8 murid dan 6 guru. Sejak
tahun 2001 sampai sekarang berlokasi di Jl Anda 7x Ciganjur Jagakarsa, Jakarta
selatan diatas lahan seluas 7.200m.
2.
Keadaan Guru
dan Murid serta Fisilitas
Disekolah lanjutan sekolah alam Indonesia tidak hanya murid yang
belajar, guru juga belajar dari murid
bahkan orang tua juga belajar dari guru-guru dan anak-anak. Adapun fasilitas
belajar mengajar sekolah lanjutan sekolah alam Indonesia antara lain :
Laboratorium alam tumbuhan dan hewan untuk kegiatan farming, gardening,
dan sains; Ruang kelas untuk kelompok kecil( maksimal 20 anak perkelas); Ruang
minat belajar laboratorium komputer, bengkel seni, dan ruang komputer; Ruang
penunjang taman bermain, masjid, kamar mandi, tempat wudhu; Sarana lain
olahraga dan outward bound, dan music.
B.
Sistem
Pendidikan Sekolah Lanjutan Alam Indonesia
Kurikulum sekolah alam mempunyai komposisi materi pembelajaran
dengan perbandingan 80:20, artinya sebanyak 80% merupakan kurikulum akhlak,
sedangkan 20% adalah kurikulum kognitif. Dalam penyampian pembelajaran 70%
kegiatan pembelajaran di sekolah alam merupakan outdoor activity dan 30%
adalah indoor activity. Mengenai konsep pembelajaran, sekolah
alam memadukan antara kurikulum sekolah internasional, kurikulum depdiknas, dan
kurikulum khas sekolah alam.
C. Manfaat Model Pendidikan Berbasis Alam
Dalam tesis ini disebutkan bahwa manfaat kegiatan dialam terbuka
dapat membantu membina kecerdasan emosi sesorang. Hampir sebagian besar
keberhasilan dan kesuksesan seseorang ditentukan oleh kecerdasan emosinya.
Dengan demikian, pendidikan alam yang berisi kegiatan di alam akan membantu membina
kecerdasan emosi anak didik menjadi manusia yang berasil dan sukses dalam
kehidupannya kelak.
D. Tingkat Kecerdasan Emosional pada Siswa Sekolah Lanjutan
1.
Mengenal Emosi
Tingkat dimensi mengenal emosi diri siswa pada sekolah lanjutan
terletak pada kategori sedang dengan persentase terbesar 56%. Kesadaran siswa
sekolah lanjutan muncul karena proses belajar yang mempengaruhi kesadaran siswa
dalam belajar.
2.
Manajemen Emosi
Tingkat manajemen emosi siswa berada pada kategori tinggi dengan
nilai persentase 38%., hal ini ditandai oleh siswa dengan pengaturan emosi yang
baik dalam belajar berdasarkan pengisian kuesioner dan observasi didapatkan
bahwa manajemen emosi ditandai dengan kemampuan pengendalian emosi ketika
marah, mendapat ejekan dan mempunyai tanggung jawab yang besar serta dapat
dipercaya.
3.
Motivasi
Tingkat motivasi siswa sekolah lanjutan dalam kategori baik
sehingga mampu mewujudkan hasil belajar yang baik. Hasil wawancara dan
observasi didapatkan bahwa motivasi belajar siswa berhubungan dengan beberapa
faktor diantaranya faktor instrinsik dari dalam dirinya, metode pengajaran, dan
pengaruh orang tua berpendidikan.
4.
Empati
Tingkat empati siswa berada pada kategori tinggi. Tingkat empati
yang tinggi pada siswa sekolah lanjutan ditandai dengan adanya praktek berbuat
baik kepada sesama yang tentunya dengan bimbingan dari guru.
5.
Keterampilan
Sosial
Tingkat keterampilan sosial siswa tinggi ditandai dengan hubungan
yang baik dengan orang lain, membangun kepedulian terhadap orang lain, serta
mampu mendamaikan konflik.
Prestasi
Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Sekolah Lanjutan Melalui Kecerdasan
Emosional
A. Prestasi Belajar Ranah Afektif
Tingkat prestasi belajar pada ranah afektif dapat dipahami bahwa
tingkat prestasi belajar siswa pada kategori tinggi sebesar 73.9%. Siswa merasa
senang berada disekolah alam dan senang dalam mangikuti pelajaran pendidikan
agama Islam. Hal ini juga ditandai adanya keaktifan mereka dalam mengikuti mata
pelajaran pendidikan agama islam disekolah serta memiliki catatan yang lengkap,
bahkan mereka mengulang pelajaran pendidikan agama islam dirumah.
B.
Prestasi
Belajar Ranah Kognitif
Sedangkan prestasi belajar ranah kognitif dapat di pahami berada
pada kategori sedang dengan kontribusi sebesar 42.3%. asumsi ini ditandai dengan melihat nilai
raport dan nilai harian siswa pada pendidikan agama islam. Kemudian hasil dari
observasi yang meliputi pertanyaan-pertanyaan seputar pendidikan agama islam
yang tentunya telah diajarkan guru di dalam kelas.
C. Prestasi Belajar Ranah Psikomotorik
Tingkat prestasi belajar siswa sekolah lanjutan pada ranah
psikomotorik berada pada kategori sedang atau baik dengan kontribusi 61.2%, hal
ini sesuai dengan observasi yang peneliti lakukan melalui praktek ibadah yang
berkaitan dengan mata pelajaran pendidikan agama islam. Dengan meminta siswa
melakukan gerakan-gerakan yang diminta dalam mata pelajaran ulumul qur’an
peneliti meminta siswa untuk membaca al-qur’an, sedangkan pada mata pelajaran
fiqih peneliti meminta siswa melakukan wudhu.
D. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar
Hasil dari penelitian ini mengatakan bahwa adanya pengaruh positif yang signifikan antara
kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pendidikan agama Islam siswa
sekolah lanjutan, maka semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional yang
dimiliki siswa, maka semakin tinggi pula tingkat prestasi belajar siswa.
Sebaliknya jika semakin rendah tingkat kecerdasan siswa, maka semakin rendah
pula prestasi belajar yang diraih siswa. Artinya penelitian ini sependapat
dengan para ahli yang mengatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh secara
signifikan terhadap prestasi belajar, sebagaimana yang disimpulkan dalam
penelitian Kanhai, Aremu dan Parker.
E.
Optimalisasi
Kecerdasan Emosional Dalam Peningkatan Prestasi Belajar
Siswa dalam peningkatan prestasi belajar tentunya tidak terlepas
dari proses yang mempengaruhinya, membicarakan siswa dalam proses pendidikan
adalah membicarakan empat hal yaitu : hakikat siswa, kebutuhan psikologi siswa,
dimensi siswa yang dikembangkan, dan perkembangan jiwa agama siswa. Segel
memberi penjelasan bahwa wilayah kecerdasan meliputi hubungan pribadi dan antar
pribadi dan kecerdasan emosional bertanggung jawab atas harga diri, kesadaran
diri, kepekaan sosial dan kemampuan adaptasi sosial.
Sementara Agustian mencoba memaparkan unsur atau komponen dasar
yang harus diajarkan dalam memupuk kecerdasan emosional, komponen tersebut
adalah integritas, kejujuran, komitmen, keadilan, prinsip, kepercayaan dan
penguasaan diri. Kecerdasan emosional tidaklah berkembang secara alamiah
artinya tidak dengan perkembangan usia biologis manusia. Sebaliknya kecerdasan
emosional sangat bergantung pada proses pelatihan dan pendidikan yang
berkelanjutan. Disinilah letak peran lembaga pendidikan dalam memupuk
kecerdasan emosional. Dengan memupuk kecerdasan emosional diharapkan siswa akan
memiliki sikap integritas, kejujuran, komitmen, keadilan, prinsip, kepercayaan
dan penguasaan diri.
Bagi Abduh, pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dalam
prosesnya mampu mengembangkan seluruh fitrah peserta didik, teritama fitrah
akal dan agamanya. Dengan fitrah ini, peserta didik akan dapat mengembangkan daya
pikir secara rasional, sementara melalui fitrah agama, akan tertanam
pilar-pilar kebaikan pada peserta didik yang kemudian terimpilikasi dalam
seluruh aktifitas hidupnya.
Para pakar pendidikan telah mengemukan bahwa pendidikan Islam
disamping berupaya membina kecerdasan intelektual, keterampilan dan raganya,
juga membina jiwa dan hati nurani. Berarti secara umum pendidikan Islam membina
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional. Disamping kedua kecerdasan
tersebut, pendidikan Islam juga membina kecerdasan spritual. Bahkan dalam
konsep pendidikan Islam, kecerdasan spiritual adalah landasan IQ dan EQ.
Kecerdasan intelektual tidak mengukur kretivitas, kapasitas emosi, nuansa
spiritual, dan hubungan sosial. Sedangkan kecerdasan Qalbiyah apabila telah
mendominasi jiwa manusia maka akan menimbulkan kepribadian yang tenang.
Penutup
Kesimpulan
Penelitian ini
membuktikan bahwasanya kecerdasan emosional berpengaruh secara signifikan
terhadap prestasi belajar. Mengenai hal ini telah banyak perbedaan pendapat
para ilmuan, sebagian ada yang menyimpulkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi
oleh faktor guru dalam mengajar dan otoritas sekolah. Beberapa temuan dalam
penelitian ini setelah melakukan penelitian didapatkan bahwa kecerdasan
emosional mempunyai peran terhadap prestasi belajar. Status ranah prestasi
belajar yang ditunjukkan pada siswa sekolah lanjutan berada pada kategori
tinggi dan sedang, begitu juga status dimensi kecerdasan emosional kebanyakan
berada pada kategori tinggi dan sedang.
Dengan menggunakan
analisis regresi berganda, ditemukan bahwa kecerdasan emosional mempunyai
pangaruh signifikan terhadap prestasi belajar, dengan demikian bahwa prestasi
belajar yang didapat berbanding lurus dengan kecerdasan emosional siswa. Hal
ini senada dengan penelitian Parker, Aremu, dan Kanhai yang mengatakan bahwa
kecerdasan emosional berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar.
Kecerdasan emosional berpengaruh terhadap prestasi belajar ditandai dengan
adanya beberapa hal : pertama, dalam berhubungan dengan banyak orang kecerdasan
emosional sangat berperan, terutama karena siswa akan lebih berempati,
komunikatif, lebih tunggi rasa humornya, dan lebih peka akankebutuhan orang
lain. Kedua, siswa lebih bisa menyeimbangkan rasio dan emosi, tidak terlalu
sensitif atau emosional, dan tidak terlalu dingin atau rasional. Ketiga, siswa
lebih bisa menanggung stres yang kecil karena biasa dengan leluasa
mengungkapkan perasaan, bukan memendamnya. Keempat, siswa lebih bisa
termotivasi dalam belajar ketika yang lain menyerah. Kelima, siswa lebih bisa
menahan hawa nafsu dan akan lebih fokus dan tekun dalam belajar.
Critical Review
Judul Tesis
Tesis yang saya kritik adalah tesis mahasiswa Sekolah Pascasarjana
Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, yang mana redaksi judul tesisnya “Kecerdasan
Emosional dan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam”. Jika kita melihat
dari judul ini terlalu singkat membuat kita yang membacanya bingung kerana kita
tidak dapat menganalisis isi dari tesis tersebut selain untuk membaca
keseluruhan isi tesis tersebut. Usep Abdul Matin Mengatakan bahwa usahakan
judul itu singkat, mempunyai tempat, mempunyai masalah dan memberi gambaran
umum yang akan kita teliti agar orang menarik untuk membaca karya kita itu[1]. Judul
juga berfungsi untuk memberi format kesimpulan isi dari keseluruhan hasi dari
penelitian, kerangka reverensi, singkat dan spesifik tetapi cukup jelas dalam
menggambarkan permasahalan variabel yang akan diteliti oleh peneliti.[2]
Dan Reviewer menawarkan judul dengan redaksi judul Pengaruh Kecerdasan
Emosional dan Prestasi Belajar (Studi PAI Sekolah Lanjutan di Sekolah Alam
Indonesia). Judul alternatif ini, menurut reviewer akan lebih sempurna
untuk mewakili seluruh isi Tesis.
Permasalahan
1.
Identifikasi
Masalah
Setelah memperhatikan identifikasi masalah yang disajikan oleh
peneliti, peneliti lebih cendrung yang menjadi masalah dalam prestasi belajar
siswa adalah faktor kecerdasan emosional, namun ada banyak lagi problematika
yang dapat menghambat prestasi belajar siswa. Permersalahan-pemersalahan itu
antara lain[3]:
Pertama, Lemahnya penguasaan
materi dan metode mengajar dikalangan para guru serta lemahnya budaya belajar
dikalangan peserta didik meakibatkan terhambatnya berbagai upaya
pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan, padahal ukuran penilaian
keberhasilan pembelajaran pada akhirnya akan dilihat dari mutu belajar dan mutu
lulusan. Oleh kerana itu hal yang sangat penting yang harus diperhatikan dalam
sebuah pembelajaran dimadrasah adalah pengadaan tenaga pendidik yang
profesional
Kedua, Umumnya guru
kurang peduli terhadap kepuasan belajar peserta didik sehingga mereka tidak hirau dengan keberadaan
peserta didik, apakah mereka sudah terlayani dengan baik atau belum.
Ketiga, Umumnya guru
mengajar apa adanya tanpa memperhatikan tingkat kemampuan, kecepatan belajar,
dan gaya belajar peserta didik. Guru umumnya mengajar ditengah rata-rata kemampuan
peserta didik.
Keempat, Proses
pembelajaran umumnya belum menyentuh upaya membentuk semangat, motivasi,
kepercayaan diri, disiplin, dan tanggung jawab peserta didik dalam meningkatkan kemajuan dan kualitas
dirinya.
Kelima, Umumnya guru
kurang perhatian terhadap kemajuan belajar peserta didik. Guru tahu bahwa si A dan si B hasil belajarnya
kurang baik, tetapi banyak yang masa bodoh dengan kemajuan belajar peserta
didik.
Keenam, Banyak guru
yang mengukur kemampuan belajar peserta didik oleh kemampuan dirinya sendiri(kemampuan
guru), akibatnya apa yang disampaikan oleh guru tidak dirasakan sebagai
kegiatan mengajar tapi dirasakan sebagai tindakan mendemostrasikan kemampuan
guru dihadapan peserta didik.
Ketujuh, Umumnya guru
kurang memperhatikan karakteristik peserta didik yang pemalu, penakut, masa bodoh, tidak
bersemangat/kurang motivasi, dan sebagainya sehingga sifat dan kebiasaan
peserta didik yang jelek tidak berubah kearah yang lebih baik.
2.
Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam suatu penelitian sangatlah penting, biar
penelitian itu tidak menyimpang dari tujuan permasalahan yang akan dibuat dalam
penulisan. Permasalahan dalam penelitian memuat hal-hal yang berkenaan dengan
identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan rumusan masalah. Namun Reviewer melihat
Rumusan Masalah dengan Tujuan masalah kurang relevan, bahwa dalam rumusan
masalahnya: Bagaimana pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
pada siswa sekolah lanjutan sekolah alam Indonesia? Sedangkan tujuan masalah
untuk membuktikan bahwa kecerdasan emosional mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap prestasi belajar, kemudian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar. Jadi Reviewer tawarkan rumusan masalah : Apakah kecerdasan
emosional siswa sekolah lanjutan alam Indonesia
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa ?. Dan biasanya mengawali
pertanyaan dalam rumusan masalah dengan menggunakan “bagaimana” itu lebih
condong ke deskriptif tidak ke mengkeritisi.[4]
Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Dari beberapa penelitian yang terdahulu yang ditulis oleh peneliti,
satupun diantaranya tidak disertai dengan penjelasan tentang kelemahan dan
kelebihan penulisan terdahulu tersebut. menurut reviewer mengetahui kelemahan
dan kelebihan dari penelitian terdahulu tersebut, penulis mukin lebih dapat
menyempurnaan dalam tesis. Dengan demikian, penelitian tersebut memiliki
kontribusi dan relevansi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.[5]
Metodologi Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian
lapangan dengan pendekatan kuntitatif, metode analisis regressi linear berganda
dan melengkapi data penelitian dengan melakukan wawancara dan observasi
terhadap siswa sekolah lanjutan di sekolah alam Indonesia.
Jika Reviewer memperhatikan
pendekatan yang dikunakan peneliti dalam mengumpulkan data tidaklah relevan
dengan rumusan masalah, untuk membuktikan bahwa kecerdasan emosional mempunyai
pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar, kemudian untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh kecerdasan
emosional terhadap prestasi belajar siswa. Kalau pendekatan kuntitatif yang
digunakan dalam mengukur pengaruh, maka akan lebih condong ke hasil belajar
siswa bukan prestasi belajar.
Jadi reveiwer tawarkan pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan
gabungan (Mixed Research) yaitu menggabungkan kuantitatif dan kualitatif.
Penelitian gabungan dalam bentuk konkuren, yang mana peneliti secara serempak
menggunakan penelitian kuantitatif dan kualitatif terhadap masalah yang
diteliti. Berbobot masing-masing penelitian digunakan secara seimbang dan
terintegritas. Peneliti sejak awal telah menyusun desain penelitian dengan
rancangan terpadu. Dan model konkuren yang digunakan adalah strategi
triangulasi konkuren yaitu melakukan pengumpulan dan analisis data sesuai
dengan masing-masing penelitian, dan kemudian hasil dibandingkan.[6]
kualitatif
|
Kuantitatif
|
Hasil Analisis Data Dibandingkan
Adapun rancangan
secara umum dari strategi triangulasi konkuren ini adalah sebagai berikut :
Masalah
Studi Literatur
Identifikasi Masalah Batasan&Rumusan Masalah
Hipotesis
Populasi & Sampel
|
Penyusunan
Instrumen (angket, skala, dan lain-lain)
|
Pengumpulan Data
|
Jenis Data (Nominal,Ordinal,Interval,dan Lain-lain)
|
Analisis
Data Kualitatif
|
Analisis
Data Kuantitatif
|
Data Teks,Rekaman,Kumpulan Dokumen,dan Lain-lain
|
Pengumpulan Data
|
Pemilihan Teknik
Pengumpulan Data (Interview, Observasi, Dokumen)
|
Masalah
Identifikasi Masalah
Fokus Penelitian
Pertanyaan Penelitian
Subjek Penelitian
|
Hasil Akhir
(Bandingkan hasil analisis data kuntitatif dan hasil analisis data
Kualitatif)
|
Sumber Data
Sumber data yang
digunakan peneliti ada dua yaitu sumber data primer dan sumber data skunder,
namu dalam sumber data primer peneliti tidak pernah wawancara sama kepala
sekolah, wakamad kurikulum, wakamad kesiswaan Cuma sama siswa dan guru saja,
ini menurut reviewer kuranglah efektif dalam penelitian karena kepala sekolah
itu pemimpin dalam sekolah itu yang lebih banyak tahu tentang sekolah tersebut.
Jika kita melihat ada beberapa poin penting yang harus dimiliki oleh sekolah
menuju terwujudnya sekolah unggul[7]
yaitu
1.
Kepala Sekolah professional leader dalam tindakan
dan perilaku yang mendorong dirinya, guru dan staf yang ada menuju visi
keunggulan.
2.
Guru yang profesional
3.
Kurikuum yang baik
4.
Pemebelajaran yang dapat
mengembangkan peserta didik
5.
Penilaian yang sistematis
6.
Layanan kepada peserta didik
7.
Pengembangan Bakat
dan Minat
8.
Pengembangan
Lingkungan Belajar
9.
Pengembangan Sarana dan Prasarana
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan peneliti adalah
siswa sekolah lanjutan disekolah Alam Indonesia tahun 2013-2014 dengan jumlah
siswa 113 orang. Sedangkan stratifikasi dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengambil sampel sebanyak 90 siswa dengan taraf kesalahan 5% dari jumlah
keseluruhan siswa sekolah lanjutan sekolah alam Indonesia yaitu 113 siswa. Dan
peneliti menggunakan teknik probability sampling yaitu pengambilan
sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Menurut reviewer teknik ini kurang efisien karena
peneliti mengambil sampel Cuma 90 siswa dari 113 siswa, sedangkan dalam sekolah
itu mempunyai jenjang yaitu ada kelas 1, 2 dan 3, sedangkan peneliti tidak
menentukan mau teliliti kelas berapa.
Jadi reviewer memberi tawaran
menggunakan teknik Stratified Sampling adalah suatu cara pengambilan sampel
dari pupulasi yang menunjukkan adanya strata/tingkat/ kelas. Cara pengambilan
sampel adalah membagi populasi ke dalam kelas-kelas atau lapisan-lapisan,
anggota sampel ditarik dari tiap kelas/tingkat sehingga tiap stratum diwakili
di dalam sampel.[8]
Instrument dan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer
dan skunder. Data primer dikumpulkan dari penyebaran kuisioner terhadap siswa,
kuisioner di gunakan dalam rangka melakukan pengukuran terhadap variabel
kecerdasan emosional dan prestasi belajar. Namun yang menjadi permasalahan
menurut reviewer disini adalah kuisioner itu berbentuk seperti apa? Apa pilhan
ganda atau essay atau yang lainnya, kan ini belum jelas.
Jadi Reviewer memberi tawaran, jika
ingin mengukur kecerdasan emosional maka yang digunakan kuisioner dalam bentuk
essay (dalam bentuk pertanyaan pendapat, sikap dan perilaku) dan jika ingin
mengukur prestasi belajar siswa maka kuisioner yang digunakan pilihan ganda dan
di tambah dengan hasil dari observasi dan wawancara.
Teknik Analisis Data
Peneliti dalam menganalisis data bahwa
kecerdasan emosional mamiliki pengaruh positif atau negatif terhadap prestasi
belajar siswa sekolah lanjutan, maka peneliti menggunakan uji regresi linear
berganda selanjutnya peneliti menggunakan multi regresi untuk mengetahui
pengaruh dimensi kecerdasan emosional apa yang paling mempengaruhi prestasi
belajar. Sedangkan untuk mengetahui dimensi kecerdasan emosional apa yang
paling mempengaruhi ranah-ranah prestasi belajar yaitu afektif, kognitif, dan psikomotorik peneliti menggunakan uji
multi variat.
Menurut Reviewer, teknik analisis data
yang digunakan peniliti untuk mengetahui apakah kecerdasan emosional memiliki
pengaruh positif atau negatif terhadap prestasi belajar kurang tepat, karena uji
regresi itu berpungsi untuk dapat meramal sesuatu diperlukan variabel peramal
atau prediktor dan variabel yang diramalkan disebut juga kreteria.[9] Jadi reviewer menawarkan
teknik analisis data yang harus digunakan peneliti biar lebih relevan dengan
tujuan masalah adalah Teknik Korelasi Product Moment atau Korelasi
Pearson (r). Teknik korelasi ini dapat digunakan jika (a) sumber data dari dua
variabel tersebut datang dari subjek yang sama, (b) menggunakan angket atau
wawancara terstruktur, (c) data diperoleh dari interviewer dan data observasi yang sama, (d) data dari
dua variabel itu adalah kontinum interval atau rasio, (e) hubungan dua variabel
itu linier, (f) varian dua variabel itu homogen, (g) jumlah sampelnya besar
(lebih dari 30), dan (h) distribusi data tiap variabel berbentuk unimodal (satu
titik puncak).[10]
Kritik Teori
Dalam bab dua, peneliti menulis tentang teori yang dikemukan oleh
beberapa akademik yang mengatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh secara
signifikan terhadap prestasi belajar. Semakin tinggi tingkat kecerdasan
emosional maka semakin tinggi tingkat prestasi belajar. Dasar pemikirannya
adalah bahwa kecerdasan emosional merupakan paradigma baru dalam proses belajar
mengajar yang selama ini bertumpu pada keyakinan bahwa kecerdasan intelektual
merupakan faktor penentu keberhasilan seseorang.
Tesis ini mendukung beberapa teori diantaranya Parker (2004) dan
Ogundokun (2010) yang mengatakan bahwa berbagai dimensi kecerdasan emosional
merupakan prediktor keberhasilan akademis. Kanhai (2014), Aremu (2006) dan Nwadinigwe
(2012) mengatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosional
dan prestasi belajar, sehingga berkembangnya keterampilan kecerdasan emosional
siswa akan mengarah pada peningkatan prestasi akademik.
Menurut reviewer, teori yang digunakan peneliti kurang relevan
karena konsep kecerdasan emosional tidak berkaitan dengan prestasi belajar
namun berkaitan dengan sikap-sikap terpuji dari kalbu dan akal yakni sikap
bersahabat, kasih sayang, empati, takut berbuat salah, keimanan, dorongan moral,
bekerja sama, beradaptasi, berkominaksi dan penuh perhatian serta kepedulian
terhadap sesama makhluk ciptaan Tuhan. Kecerdasan emosional juga tidak ada hubungan
positif dengan prestasi belajar.
Jadi reviewer menawarkan teori produktivitas pendidikan, yang mana
ditentukan tiga kelompok sembilan faktor berdasarkan keterampilan afektif,
kognitif dan prilaku untuk optimasi pembelajaran yang mempengaruhi kualitas
kinerja akademik : Aptitude ( kemampuan, pengembangan dan motivasi), instruksi
(jumlah dan kualitas/ prestasi belajar), lingkungan ( rumah, ruang
kelas, teman sebaya dan televisi).[11]
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Di dalam tesis ini ada beberapa faktor di bahas yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor ekonomi, faktor pendidikan orang
tua, faktor guru, dan faktor kecerdasan
emosional
Disini reviewer ingin menambahkan faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa yaitu[12]
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Ragam Faktor
dan Elemennya
|
||
Internal Siswa
|
Eksternal Siswa
|
Pendekatan Belajar
|
1.
Aspek Fisiologi
-
Tubuh
-
Pancaindra
2.
Aspek Psikologis
-
Intelegensi
-
Sikap
-
Bakat
-
Minat
-
Motivasi
|
1.
Lingkungan Sosial
-
Keluarga
-
Guru
-
Masyarakat
-
Teman
2.
Lingkungan nonsosial
-
Rumah
-
Sekolah
-
Peralatan
-
Alam
|
1.
Pendekatan Tinggi
-
Speculative
-
Achieving
2.
Pendekatan Sedang
-
Analytical
-
Deep
3.
Pendekatan Rendah
-
Reproductive
-
Surface
|
Diantaranya Noehi Nasution dkk (1993) dalam materi pokok
psikologi pendidikan, seperti yang dikutip oleh Djamarah. Mereka mengatakan
bahwa belajar mengajar (learning teaching process) bukanlah aktivitas yang
berdiri sendiri, ada unsur-unsur yang terlibat didalamnya. Unsur-unsur itu
adalah masukan dari dalam diri siswa (raw input), masukan dari
lingkungan siswa(environmental input), dan masukan dari seperangkat alat
kelengkapan untuk siswa(instrumental input). Unsur-unsur itulah kemudian
mempengaruhi dan menentukan prestasi belajar siswa(output).[13]
Daftar Pustaka
JM Muslimin, Seminar
Proposal Tesis, (Dikelas 209, SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) hari
selasa, tgl 01/11/2016
Yusuf , A. Muri, 2014, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
& Penelitian Gabungan, Jakarta: Prenadamedia Group.
Mulyasana, Dedy , 2011, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Bandung:PT
Remaja Rosdakarya, cet.1
Fachruddin, Fuad, 1991 dari Headlye Beare, dkk., Creating
An Exellence School. London: Routtledge. Gabrielle Amy Roberts, The Effect of Extracurricular Activity Participation on
The Relationship Between Parent Involvement and Academic Performance in A
Sample Of Third Grade Children. (2007)
Suprayogo, Imam dan Tobroni, 2001, Metodologi Penelitian
Sosial-Agama, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Siti Fatimah, Motivasi Berprestasi dan Prestasi Belajar Bidang
Studi Agma Islam ( SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013)
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar(Jakarta:Rineka
Cipta,2011)
Usep Abdul Matin, Seminar Proposal Tesis ( Di Kelas 209, SPs
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) hari Selasa, tgl. 08/11/2016.
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012)
[1] Usep Abdul
Matin, Seminar Proposal Tesis ( Di Kelas 209, SPs UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta) hari Selasa, tgl. 08/11/2016.
[2] Sugiyono,
Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
(Bandung: CV Alfabeta,2010), hlm 260
[3] Dedy Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing (Bandung:PT
Remaja Rosdakarya,2011) cet.1.hlm.21
[4] JM Muslimin, Seminar
Proposal Tesis, (Dikelas 209, SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) hari selasa,
tgl 01/11/2016
[5] Imam Suprayogo
dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2001) hlm 35
[6] A. Muri Yusuf,
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014) hlm 434
[7] Fuad Fachruddin dari
Headlye Beare, dkk., Creating An Exellence School. (London:
Routtledge, 1991), 154-157
[8] Zainal Arifin, Penelitian
Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012) hlm 220
[9] A. Muri Yusuf,
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014) hlm 296
[10] Zainal Arifin, Penelitian
Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012) hlm 273
[11] Gabrielle Amy
Roberts, The
Effect of Extracurricular Activity Participation on The Relationship Between
Parent Involvement and Academic Performance in A Sample Of Third Grade
Children. (2007) hlm 10
[12] Siti Fatimah, Motivasi
Berprestasi dan Prestasi Belajar Bidang Studi Agma Islam ( SPs UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2013)
[13] Syaiful Bahri
Djamarah, Psikologi Belajar(Jakarta:Rineka Cipta,2011), hlm.175-175