Senin, 22 Mei 2017

Critical Review


PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah

Prestasi belajar yang diraih siswa di Indonesia masih tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini di sebabkan banyaknya penyimpangan perialaku yang terjadi pada siswa. Selain faktor kenakalan remaja, penurunan prestasi belajar juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, faktor internal yaitu faktor dari dalam diri siswa sendiri yang lazim/biasa dengan aneka macam bentuk dan jenisnya. Kedua, faktor ekternal yaitu yang bersumber dari luar individu siswa.
Kegagalan akademik tidak hanya berdampak pada para siswa dan orang tua hal ini pula berdampak pada tingkat masyarakat yang mana terjadinya kelangkaan tenaga kerja disemua bidang teritama  dibidang ekonomi dan pemerintahan. Ashikia setuju bahwa tingkat jatuhnya prestasi akademik disebabkan sikap guru dalam mengajar. Adegbite mengatakan bahwa sikap beberapa guru yang sering tidak hadir untuk mengajar dan terlambat hadir disekolah yang merusak ego para siswa. Edun dan Akanji menegaskan bahwa penurunan prestasi akademik diantara siswa biasanya dikaitkan dengan otoritas sekolah dan sikap guru dalam mengajar. Berdasarkan beberapa pendapat, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penelitian ini memfokuskan pada faktor kecerdasan emosional hal ini karena kecerdasan emosional sendiri bertumpu pada hubungan perasaan, watak, dan naluri moral yang mencakup pengendalian diri, semangat dan ketekunan, kemampuan menyesuaikan diri, kemampuan memecahkan masalah pribadi, mengendalikan amarah serta kemampuan untuk  memotivasi diri sendiri, terutama dalam proses pembelajaran.
Menurut Kanhai kecerdasan emosional mempunyai hubungan yang kuat dengan prestasi belajar. Kanhai menunjukkan beberapa hasil penelitian oleh beberapa akademisi  tentang adanya pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar. Kanhai mengatakan pula bahwa kecerdasan emosional adalah cara mengenali, memahami dan memilih bagaimana kita berfikir, merasa dan bertindak. Arema mengatakan dalam tulisannya bahwa terdapat hubungan yang positif antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar. Emosi yang terkendali sangat menolong individu melakukan proses belajar, tetapi dengan emosi yang tidak terkendali  menjadikan pribadi kehilangan kontrol yang normal terhadap dirinya, misalnya takut, marah ,stress, putus asa atau sangat gembira, ini semua akan menghambat proses belajar dan prestasi  yang dicapai.
Parker juga menemukan bahwa berbagai dimensi kecerdasan emosional adalah prediktor keberhasilan akademis. Hal ini sudah jelas bahwa fokus utama pendidikan adalah prestasi akademik yang telah diukur dengan menggunakan tes kecerdasan atau bentuk lain dari pemeriksaan standar, dan sekolah tidak dapat mengabaikan perkembangan ranah emosional dan faktor personal lainnya yang berkontribusi terhadap keberhasilan siswa. Kecerdasan emosional memiliki kontribusi penting dalam proses belajar mengajar. Kecerdasan emosional merupakan pradigma baru dalam pendidikan yang memberikan harapan dan trobosan pada pengelolan pendidikan yang selama ini bertumpu pada keyakinan bahwa intelegensi sebagai faktor penentu keberhasilan anak  dalam belajar. Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat dan ketekunan serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri. Menurut Nelson dan Low mengindetifikasikan bahwa sanagat penting untuk membangun keterampilan kecerdasan emosional yang lebih efektif. Beberapa penelitian mengatakan bahwa kecerdasan emosional dapat menjadi prediktor yang lebih kuat dari pada kecerdasan intelektual dalam belajar.
Adapun ciri yang menandai kecerdasan emosional dalam pendidikan Islam terdapat pada pendidikan akhlak. Kecerdasan emosional dalam Islam disebut kognitif qalbiyah. Berkaitan dengan ini Abdul Mujib mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kecerdasan kalbu yang berkaitan dengan pengendalian nafsu-nafsu impulsif dan agresif, kecerdasan ini mengarahkan seseorang untuk bertindak  secara hati-hati, waspada, tenang, dan sabar dan tabah  ketika menghadapi masalah, serta berterimakasih ketika mendapat kenikmatan. Perilaku manusia itu dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal, beberapa penelitian mengatakan bahwa pembelajaran akhlak pertama adalah lingkungan, karena pada dasarnya kehidupan manusia adalah perilaku manusia itu sendiri.
Tugas sekolah bukan hanya memberikan pengetahuan tetapi juga memberikan setiap apa yang dibutuhkan murid untuk mengarahkan kepada hal-hal yang sesuai dengan kebutuhannya sehingga murid bisa mencapai hasil yang memuaskan. Prestasi tidak dilihat dalam perbandingan dengan anak lain, tetapai dari upaya memaksimalkan  potensi diri dan menjadi lebih baik. Belajar menjadi sesuatu yang menyenangkan,  dan tidak membebani. Belajar jadi kebutuhan bukan keharusan. Sekolah tidak menjadi penjara yang membosankan. Anak-anak belajar dari pembiasaan dari sesuatu yang dekat yang terus menerus disentuhkan sehingga akan membentuk pemahaman anak mengenai hal tersebut. Pemahaman yang melekat dan telah menjadi konsep diri akan terus dibawa hingga dewasa. Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk membentuk perilaku dan kepribadian individu sesuai dengan prinsip-prinsip dan konsep Islam dalam mewujudkan nilai moral dan sebagai landasan pencapian pendidikan nasional. Selain itu pendidikan Agama Islam menghilangkan semua perilaku buruk dan menjauhkan dari hal-hal yang buruk serta mengembangkan perilaku-perilaku yang sesuai dengan kehidupan. Guru adalah petugas profesional pendidikan dalam interaksi belajar mengajar yang mencakup tiga aspek yaitu pengajaran, kepemimpinan, dan penilaian. Emosi siswa dalam menerima pelajaran agama sangat mempengaruhi prestasi belajar Pendidikan Agama Islam. Peserta didik yang memiliki emosi baik akan mudah menerima pelajaran yang disampaikan. Peserta didik memiliki hak penuh dalam mengatur kestabilan emosinya. Adapun faktor luar yang mendorong emosinya hanyalah merupakan faktor pendorong yang pada akhirnya keputusan ada pada dirinya sendiri.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional merupakan salah satu hal yang penting khususnya bagi remaja. Kecerdasan emosional berkaitan dengan pengendalian emosi yang menjadikan siswa untuk lebih berkosenterasi dan tenang dalam belajar serta memotivasi siswa  untuk lebih tekun dalam belajar. Dalam hal ini tentunya kecerdasan emosional yang dimiliki oleh remaja dapat menjadi pengaruh yang baik dalam meningkatkan prestasi belajar khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

B.   Permasalahan
1.    Identifikasi Masalah
Latar belakang yang diuraikan membuka kemungkinan munculnya permasalahan antara lain :
a.       Prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor, tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan sepiritual, faktor lingkungan, sekolah, orang tua, dll.
b.      Pengaruh lingkungan yang negatif turut menyumbang turunya prestasi belajar siswa.
c.       Sistem Pendidikan Agma Islam dalam mengembangkan kecerdasan emosional yang membantu meningkatkan prestasi belajar siswa.
d.      Bentuk dan karakteristik pengembangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Alam Indonesia.
e.       Pengembangna pembelajaran kecerdasan emosional sekolah lanjutan di Sekolah Alam Indonesia di mungkin kan bisa membentuk kepribadian anak menjadi baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

2.    Pembatasan Masalah

Prestasi belajar yang diraih tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berbeda-beda diantaranya: faktor internal yang didalamnya termasuk faktor kecerdasan intelektual, kecerdasan sepiritual, dan faktor kecerdasan emosional. Adapun faktor eksternal yang termasuk didalamnya faktor lingkungan, sekolah, dan keluarga. Oleh karena luasnya permasalahan yang diidentifikasi, dan banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, maka penelitian ini akan difokuskan pada faktor kecedasan emosional sebagai faktor  determinan yang mempengaruhi prestasi belajar. Hal ini dikarenakan kecerdasan emosional memiliki keterkaitan yang tinggi dengan proses belajar mengajar yang melalui pengendalian emosi, manajemen emosi untuk lebih fokus dalam belajar dan memotivasi siswa untuk lebih tekun dalan belajar.

3.    Perumusan Masalah
Berlandasan batasan masalah, maka rumusan masalah yang diteliti adalah: Bagaimana pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar pada siswa sekolah lanjutan Sekolah Alam Indonesia ?

C.  Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa kecerdasan emosional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar, kemudian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa.


D.  Penalitian Terdahulu yang Relevan
Oyesojl A, Aremu, Adeyinka Tella, dan Adedeji Tella menulis dalam penelitiannya yang berjudul “ Relationship among Emotional Intelligence, Parental Involvement and Academic Achievement of Secondary School Student in Ibadan, Nigeria.” Studi ini meneliti hubungan antara kecerdasan emosional, keterlibatan orang tua dan prestasi akademik dari 500 siswa sekolah menengah di Ibadan, Nigeria. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa baik kecerdasan emosional dan keterlibatan orang tua bisa memprediksi prestasi akademik.
Bhadouria Preeti menuliskan dalam makalahnya yang berjudul “Role of Emotional Intelligence for Academic Achievement for Students” menyajikan bahwa prestasi akademik tanpa kecerdasan emosional tidak menunjukkan keberhasilan masa depan dan adanya kecerdasan emosional juga menunjukkan kepribadian dan kemampuan untuk membangun hubungan ditempat kerja serta disekolah-sekolah dan itu sangat penting untuk pendidikan berkualitas.

E.   Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan analisis regressi linear berganda, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuntitatif. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan.

1.    Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu :
a.       Sumber primer penelitian ini adalah pengisian kuesioner yang diisi oleh sumber utama yaitu siswa sekolah lanjutan, serta wawancara dan observasi terhadap sekolah, siswa, dan guru sekolah lanjutan Sekolah Alam Indonesia.
b.      Sumber skunder penelitian ini adalah buku, buku, jurnal, dan artikel yang berkaitan dengan kecerdasan emosional dan prestasi belajar.

2.    Populasi dan Sampel
Adapun populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa sekolah lanjutan di Sekolah Alam Indonesia tahun ajaran 2013-2014 dengan jumlah siswa 113 orang. Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah probability sampling, yaitu pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur( anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Stratifikasi dalam penelitian ini dilakungan dengan mengambil sampel sebanyak 90 siswa dengan taraf kesalahan 5% dari jumlah keseluruhan siswa sekolah lanjutan Sekolah Alam Indonesia yaitu 113 siswa.

3.    Instrument dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan. Penelitian ini merupakan penelitian survey. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Koisioner, wawancara dan observasi beberapa siswa sekolah lanjutan Sekolah Alam Indonesia.


a.    Alat Ukur Skala Kecerdasan Emosional
Skala kecerdasan emosional yang dipakai dalam penelitian ini adalah skala kecerdasan emosional yang diadaptasi dan dimodifikasi berdasarkan dimensi kecerdasan emosional milik Daniel Goleman sebagai indikator. Sistem penilaian skala dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.    Item Favoable : sangat sesuai (4), sesuai  (3), tidak sesuai (2), sangat tidak sesuai (1)
2.    Item Unfavorible : sangat sesuai (1), sesuai (2), tidak sesuai (3), sangat tidak sesuai (4)

b.      Alat Ukur Skala Prestasi Belajar
Untuk mengukur prestasi belajar peneliti menggunakan instrument penilaian tes (kuesioner). Sedangkan pada ranah afektif peneliti menggunakan sistem penelitian sebagai berikut :
1.         Item Favorable : sangat sesuai (4), sesuai (3), tidak sesuai (2), sangat tidak sesuai (1)
2.         Item Unfavorable : sangat sesuai (1), sesuai (2), tidak sesuai (3), sangat tidak sesuai (4)

4.Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui bahwasanya kecerdasan emosional memiliki kontribusi/ pengaruh positif atau negatif terhadap prestasi belajar siswa sekolah lanjutan, maka peneliti menggunakan uji regresi linear berganda. Selanjutnya peneliti menggunakan multi regresi untuk mengetahui pengaruh dimensi kecerdasan emosional apa yang paling mempengaruhi prestasi belajar. Sedangkan untuk mengetahui prestasi belajar dari segi ranah afektif, kognitif, psikomotorik peneliti menggunakan uji multi variat. Hasil uji regresi tersebut selanjutnya diperkuat dengan data kuantitatif melalui wawancara dan refrensi yang berkaitan dengan penelitian.

F.   Sistematika Penulisan
Di bab pertama dalam latar belakang masalah, peneliti mencoba mengemukan tentang prestasi belajar. Selain itu peneliti juga berusaha mengemukan bagaimana pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar, lalu peneliti juga menuliskan perdebatan antara kecerdasan emosional sebagai pengaruh positif terhadap prestasi belajar, kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar dan kecerdasan-kecerdasan yang lain turut mempengaruhi prestasi belajar.
Bab kedua, peneliti memperjelas perdebatan akademik mengenai kecerdasan emosional dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar serta mendeskripsikan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan penelitian. Peneliti juga menuliskan kecerdasan emosional sebagai faktor yang mempengaruhi prestasi belajar serta faktor lain apa saja yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Bab ketiga, peneliti mendeskripsikan tempat penelitian kemudian menjabarkan sistem pendidikan sekolah. Peneliti juga menampilkan data tingkat kecerdasan emosional dan menganalisisnya dan mendeskripsikan dengan tujuan menghasilkan kesimpulan.
Bab keempat, peneliti menampilkan data tentang prestasi belajar pendidikan agama Islam yang teperinci kedalam mata pelajaran Ulumul Qur’an dan Fiqih kemudian data prestasi belajar tersebut dianalisis satu persatu dalam tiga ranah Afektif, Kognitif, dan Psikomotorik serta menganalisis tentang pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam. Peneliti juga menuliskan beberapa aspek kecerdasan emosioanal yaitu, pengaruh pemahaman emosi siswa terhadap prestasi belajar PAI, pengelolaan emosi siswa dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar PAI, motivasi siswa dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar PAI, pengaruh empati terhadap prestasi belajar PAI, hal ini dilakukan untuk mengetahui aspek manakah yang paling mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Bab kelima, peneliti menyimpulkan kembali secara singkat dari perdebatan akademik, sumber penelitian, metodologi hingga akhir analisis.

Kecerdasan Emosional dan Prestasi Belajar

A.  Berbagai Pandangan tentang Kecerdasan Emosional

Tesis ini menganalisis teori yang dikemukan oleh beberapa akademik yang mengatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar. Semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional maka semakin tinggi tingkat prestasi belajar. Dasar pemikirannya adalah bahwa kecerdasan emosional merupakan paradigma baru dalam proses belajar mengajar yang selama ini bertumpu pada keyakinan bahwa kecerdasan intelektual merupakan faktor penentu keberhasilan seseorang.
Tesis ini mendukung beberapa teori diantaranya Parker (2004) dan Ogundokun (2010) yang mengatakan bahwa berbagai dimensi kecerdasan emosional merupakan prediktor keberhasilan akademis. Kanhai (2014), Aremu (2006) dan Nwadinigwe (2012) mengatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar, sehingga berkembangnya keterampilan kecerdasan emosional siswa akan mengarah pada peningkatan prestasi akademik.

1.      Pengertian Prestasi Belajar
Mulyono Abdurrahman mengemukan bahwa belajar merupakan suatu proses dari sesorang individu yang berupaya mencapai tujuan yang belajar atau yang biasa disebut prestasi belajar. Menurut Mulyono Abdurrahman prestasi belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Dari pengertian tersebut, prestasi belajar selalu terkait dengan hasil yang dicapai karena suatu usaha, ilmu pengetahuan (aspek kognitif), sikap dan cit-cita (aspek afektif), serta keterampilan dan kebiasaan (aspek psikomotorik) setelah mengikuti proses belajar mengajar.

2.      Pengertian Kecerdasan Emosional
Menurut Abdul Majid kecerdasan emosional merupakan kecerdasan kalbu yang berkaitan dengan pengendalian nafsu-nafsu impulsive dan agresif. Di dalan Al-Qur’an, aktivitas kecerdasan emosional seringkali dihubungi dengan kalbu.

B.   Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Di dalam tesis ini ada beberapa faktor di bahas yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor ekonomi, faktor pendidikan orang tua, faktor guru,  dan faktor kecerdasan emosional

Kecerdasan Emosional Siswa Sekolah Lanjutan Di Sekolah Alam Indonesia

A.  Profil  Sekolah Lanjutan Sekolah Alam Indonesia
1.      Tinjuan Historis dan Geografis
Sekolah Alam Indonesia merupakan sekolah komunitas dan sekolah alam pertama di Indonesia yang berdiri tahun 1998, awalnya bernama sekolah alam Ciganjur, berlokasi di Jl Damai, Ciganjur, dengan 8 murid dan 6 guru. Sejak tahun 2001 sampai sekarang berlokasi di Jl Anda 7x Ciganjur Jagakarsa, Jakarta selatan diatas lahan seluas 7.200m.

2.      Keadaan Guru dan Murid serta Fisilitas
Disekolah lanjutan sekolah alam Indonesia tidak hanya murid yang belajar,  guru juga belajar dari murid bahkan orang tua juga belajar dari guru-guru dan anak-anak. Adapun fasilitas belajar mengajar sekolah lanjutan sekolah alam Indonesia antara lain : Laboratorium alam tumbuhan dan hewan untuk kegiatan farming, gardening, dan sains; Ruang kelas untuk kelompok kecil( maksimal 20 anak perkelas); Ruang minat belajar laboratorium komputer, bengkel seni, dan ruang komputer; Ruang penunjang taman bermain, masjid, kamar mandi, tempat wudhu; Sarana lain olahraga dan outward bound, dan music.

B.   Sistem Pendidikan Sekolah Lanjutan Alam Indonesia
Kurikulum sekolah alam mempunyai komposisi materi pembelajaran dengan perbandingan 80:20, artinya sebanyak 80% merupakan kurikulum akhlak, sedangkan 20% adalah kurikulum kognitif. Dalam penyampian pembelajaran 70% kegiatan pembelajaran di sekolah alam merupakan outdoor activity dan 30% adalah indoor activity. Mengenai konsep pembelajaran, sekolah alam memadukan antara kurikulum sekolah internasional, kurikulum depdiknas, dan kurikulum khas sekolah alam.

C.  Manfaat Model Pendidikan Berbasis Alam
Dalam tesis ini disebutkan bahwa manfaat kegiatan dialam terbuka dapat membantu membina kecerdasan emosi sesorang. Hampir sebagian besar keberhasilan dan kesuksesan seseorang ditentukan oleh kecerdasan emosinya. Dengan demikian, pendidikan alam yang berisi kegiatan di alam akan membantu membina kecerdasan emosi anak didik menjadi manusia yang berasil dan sukses dalam kehidupannya kelak.
D.  Tingkat Kecerdasan Emosional pada Siswa Sekolah Lanjutan
1.      Mengenal Emosi
Tingkat dimensi mengenal emosi diri siswa pada sekolah lanjutan terletak pada kategori sedang dengan persentase terbesar 56%. Kesadaran siswa sekolah lanjutan muncul karena proses belajar yang mempengaruhi kesadaran siswa dalam belajar.

2.      Manajemen Emosi
Tingkat manajemen emosi siswa berada pada kategori tinggi dengan nilai persentase 38%., hal ini ditandai oleh siswa dengan pengaturan emosi yang baik dalam belajar berdasarkan pengisian kuesioner dan observasi didapatkan bahwa manajemen emosi ditandai dengan kemampuan pengendalian emosi ketika marah, mendapat ejekan dan mempunyai tanggung jawab yang besar serta dapat dipercaya.

3.      Motivasi
Tingkat motivasi siswa sekolah lanjutan dalam kategori baik sehingga mampu mewujudkan hasil belajar yang baik. Hasil wawancara dan observasi didapatkan bahwa motivasi belajar siswa berhubungan dengan beberapa faktor diantaranya faktor instrinsik dari dalam dirinya, metode pengajaran, dan pengaruh orang tua berpendidikan.

4.      Empati
Tingkat empati siswa berada pada kategori tinggi. Tingkat empati yang tinggi pada siswa sekolah lanjutan ditandai dengan adanya praktek berbuat baik kepada sesama yang tentunya dengan bimbingan dari guru.

5.      Keterampilan Sosial
Tingkat keterampilan sosial siswa tinggi ditandai dengan hubungan yang baik dengan orang lain, membangun kepedulian terhadap orang lain, serta mampu mendamaikan konflik.

Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Sekolah Lanjutan Melalui Kecerdasan Emosional

A.  Prestasi Belajar Ranah Afektif

Tingkat prestasi belajar pada ranah afektif dapat dipahami bahwa tingkat prestasi belajar siswa pada kategori tinggi sebesar 73.9%. Siswa merasa senang berada disekolah alam dan senang dalam mangikuti pelajaran pendidikan agama Islam. Hal ini juga ditandai adanya keaktifan mereka dalam mengikuti mata pelajaran pendidikan agama islam disekolah serta memiliki catatan yang lengkap, bahkan mereka mengulang pelajaran pendidikan agama islam dirumah.

B.   Prestasi Belajar Ranah Kognitif

Sedangkan prestasi belajar ranah kognitif dapat di pahami berada pada kategori sedang dengan kontribusi sebesar 42.3%.  asumsi ini ditandai dengan melihat nilai raport dan nilai harian siswa pada pendidikan agama islam. Kemudian hasil dari observasi yang meliputi pertanyaan-pertanyaan seputar pendidikan agama islam yang tentunya telah diajarkan guru di dalam kelas.
C.  Prestasi Belajar Ranah Psikomotorik

Tingkat prestasi belajar siswa sekolah lanjutan pada ranah psikomotorik berada pada kategori sedang atau baik dengan kontribusi 61.2%, hal ini sesuai dengan observasi yang peneliti lakukan melalui praktek ibadah yang berkaitan dengan mata pelajaran pendidikan agama islam. Dengan meminta siswa melakukan gerakan-gerakan yang diminta dalam mata pelajaran ulumul qur’an peneliti meminta siswa untuk membaca al-qur’an, sedangkan pada mata pelajaran fiqih peneliti meminta siswa melakukan wudhu.

D.  Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar

Hasil dari penelitian ini mengatakan bahwa adanya  pengaruh positif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pendidikan agama Islam siswa sekolah lanjutan, maka semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional yang dimiliki siswa, maka semakin tinggi pula tingkat prestasi belajar siswa. Sebaliknya jika semakin rendah tingkat kecerdasan siswa, maka semakin rendah pula prestasi belajar yang diraih siswa. Artinya penelitian ini sependapat dengan para ahli yang mengatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar, sebagaimana yang disimpulkan dalam penelitian Kanhai, Aremu dan Parker.

E.   Optimalisasi Kecerdasan Emosional Dalam Peningkatan Prestasi Belajar
Siswa dalam peningkatan prestasi belajar tentunya tidak terlepas dari proses yang mempengaruhinya, membicarakan siswa dalam proses pendidikan adalah membicarakan empat hal yaitu : hakikat siswa, kebutuhan psikologi siswa, dimensi siswa yang dikembangkan, dan perkembangan jiwa agama siswa. Segel memberi penjelasan bahwa wilayah kecerdasan meliputi hubungan pribadi dan antar pribadi dan kecerdasan emosional bertanggung jawab atas harga diri, kesadaran diri, kepekaan sosial dan kemampuan adaptasi sosial.
Sementara Agustian mencoba memaparkan unsur atau komponen dasar yang harus diajarkan dalam memupuk kecerdasan emosional, komponen tersebut adalah integritas, kejujuran, komitmen, keadilan, prinsip, kepercayaan dan penguasaan diri. Kecerdasan emosional tidaklah berkembang secara alamiah artinya tidak dengan perkembangan usia biologis manusia. Sebaliknya kecerdasan emosional sangat bergantung pada proses pelatihan dan pendidikan yang berkelanjutan. Disinilah letak peran lembaga pendidikan dalam memupuk kecerdasan emosional. Dengan memupuk kecerdasan emosional diharapkan siswa akan memiliki sikap integritas, kejujuran, komitmen, keadilan, prinsip, kepercayaan dan penguasaan diri.
Bagi Abduh, pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dalam prosesnya mampu mengembangkan seluruh fitrah peserta didik, teritama fitrah akal dan agamanya. Dengan fitrah ini, peserta didik akan dapat mengembangkan daya pikir secara rasional, sementara melalui fitrah agama, akan tertanam pilar-pilar kebaikan pada peserta didik yang kemudian terimpilikasi dalam seluruh aktifitas hidupnya.
Para pakar pendidikan telah mengemukan bahwa pendidikan Islam disamping berupaya membina kecerdasan intelektual, keterampilan dan raganya, juga membina jiwa dan hati nurani. Berarti secara umum pendidikan Islam membina kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional. Disamping kedua kecerdasan tersebut, pendidikan Islam juga membina kecerdasan spritual. Bahkan dalam konsep pendidikan Islam, kecerdasan spiritual adalah landasan IQ dan EQ. Kecerdasan intelektual tidak mengukur kretivitas, kapasitas emosi, nuansa spiritual, dan hubungan sosial. Sedangkan kecerdasan Qalbiyah apabila telah mendominasi jiwa manusia maka akan menimbulkan kepribadian yang tenang.







































Penutup

Kesimpulan
            Penelitian ini membuktikan bahwasanya kecerdasan emosional berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar. Mengenai hal ini telah banyak perbedaan pendapat para ilmuan, sebagian ada yang menyimpulkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor guru dalam mengajar dan otoritas sekolah. Beberapa temuan dalam penelitian ini setelah melakukan penelitian didapatkan bahwa kecerdasan emosional mempunyai peran terhadap prestasi belajar. Status ranah prestasi belajar yang ditunjukkan pada siswa sekolah lanjutan berada pada kategori tinggi dan sedang, begitu juga status dimensi kecerdasan emosional kebanyakan berada pada kategori tinggi dan sedang.
            Dengan menggunakan analisis regresi berganda, ditemukan bahwa kecerdasan emosional mempunyai pangaruh signifikan terhadap prestasi belajar, dengan demikian bahwa prestasi belajar yang didapat berbanding lurus dengan kecerdasan emosional siswa. Hal ini senada dengan penelitian Parker, Aremu, dan Kanhai yang mengatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar. Kecerdasan emosional berpengaruh terhadap prestasi belajar ditandai dengan adanya beberapa hal : pertama, dalam berhubungan dengan banyak orang kecerdasan emosional sangat berperan, terutama karena siswa akan lebih berempati, komunikatif, lebih tunggi rasa humornya, dan lebih peka akankebutuhan orang lain. Kedua, siswa lebih bisa menyeimbangkan rasio dan emosi, tidak terlalu sensitif atau emosional, dan tidak terlalu dingin atau rasional. Ketiga, siswa lebih bisa menanggung stres yang kecil karena biasa dengan leluasa mengungkapkan perasaan, bukan memendamnya. Keempat, siswa lebih bisa termotivasi dalam belajar ketika yang lain menyerah. Kelima, siswa lebih bisa menahan hawa nafsu dan akan lebih fokus dan tekun dalam belajar.




















Critical Review

 Judul Tesis
Tesis yang saya kritik adalah tesis mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, yang mana redaksi judul tesisnya “Kecerdasan Emosional dan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam”. Jika kita melihat dari judul ini terlalu singkat membuat kita yang membacanya bingung kerana kita tidak dapat menganalisis isi dari tesis tersebut selain untuk membaca keseluruhan isi tesis tersebut. Usep Abdul Matin Mengatakan bahwa usahakan judul itu singkat, mempunyai tempat, mempunyai masalah dan memberi gambaran umum yang akan kita teliti agar orang menarik untuk membaca karya kita itu[1]. Judul juga berfungsi untuk memberi format kesimpulan isi dari keseluruhan hasi dari penelitian, kerangka reverensi, singkat dan spesifik tetapi cukup jelas dalam menggambarkan permasahalan variabel yang akan diteliti oleh peneliti.[2] Dan Reviewer menawarkan judul dengan redaksi judul Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Prestasi Belajar (Studi PAI Sekolah Lanjutan di Sekolah Alam Indonesia). Judul alternatif ini, menurut reviewer akan lebih sempurna untuk mewakili seluruh isi Tesis.

Permasalahan
1.      Identifikasi Masalah
Setelah memperhatikan identifikasi masalah yang disajikan oleh peneliti, peneliti lebih cendrung yang menjadi masalah dalam prestasi belajar siswa adalah faktor kecerdasan emosional, namun ada banyak lagi problematika yang dapat menghambat prestasi belajar siswa. Permersalahan-pemersalahan itu antara lain[3]:
Pertama, Lemahnya penguasaan materi dan metode mengajar dikalangan para guru serta lemahnya budaya belajar dikalangan peserta didik meakibatkan terhambatnya berbagai upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan, padahal ukuran penilaian keberhasilan pembelajaran pada akhirnya akan dilihat dari mutu belajar dan mutu lulusan. Oleh kerana itu hal yang sangat penting yang harus diperhatikan dalam sebuah pembelajaran dimadrasah adalah pengadaan tenaga pendidik yang profesional
Kedua, Umumnya guru kurang peduli terhadap kepuasan belajar peserta didik sehingga mereka tidak hirau dengan keberadaan peserta didik, apakah mereka sudah terlayani dengan baik atau belum.
Ketiga, Umumnya guru mengajar apa adanya tanpa memperhatikan tingkat kemampuan, kecepatan belajar, dan gaya belajar peserta didik. Guru umumnya mengajar ditengah rata-rata kemampuan peserta didik.
Keempat, Proses pembelajaran umumnya belum menyentuh upaya membentuk semangat, motivasi, kepercayaan diri, disiplin, dan tanggung jawab peserta didik dalam meningkatkan kemajuan dan kualitas dirinya.
Kelima, Umumnya guru kurang perhatian terhadap kemajuan belajar peserta didik. Guru tahu bahwa si A dan si B hasil belajarnya kurang baik, tetapi banyak yang masa bodoh dengan kemajuan belajar peserta didik.
Keenam, Banyak guru yang mengukur kemampuan belajar peserta didik oleh kemampuan dirinya sendiri(kemampuan guru), akibatnya apa yang disampaikan oleh guru tidak dirasakan sebagai kegiatan mengajar tapi dirasakan sebagai tindakan mendemostrasikan kemampuan guru dihadapan peserta didik.
Ketujuh, Umumnya guru kurang memperhatikan karakteristik peserta didik yang pemalu, penakut, masa bodoh, tidak bersemangat/kurang motivasi, dan sebagainya sehingga sifat dan kebiasaan peserta didik yang jelek tidak berubah kearah yang lebih baik.
2.      Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam suatu penelitian sangatlah penting, biar penelitian itu tidak menyimpang dari tujuan permasalahan yang akan dibuat dalam penulisan. Permasalahan dalam penelitian memuat hal-hal yang berkenaan dengan identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan rumusan masalah. Namun Reviewer melihat Rumusan Masalah dengan Tujuan masalah kurang relevan, bahwa dalam rumusan masalahnya: Bagaimana pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar pada siswa sekolah lanjutan sekolah alam Indonesia? Sedangkan tujuan masalah untuk membuktikan bahwa kecerdasan emosional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar, kemudian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar. Jadi Reviewer  tawarkan rumusan masalah : Apakah kecerdasan emosional siswa sekolah lanjutan alam Indonesia  berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa ?. Dan biasanya mengawali pertanyaan dalam rumusan masalah dengan menggunakan “bagaimana” itu lebih condong ke deskriptif tidak ke mengkeritisi.[4]
Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Dari beberapa penelitian yang terdahulu yang ditulis oleh peneliti, satupun diantaranya tidak disertai dengan penjelasan tentang kelemahan dan kelebihan penulisan terdahulu tersebut. menurut reviewer mengetahui kelemahan dan kelebihan dari penelitian terdahulu tersebut, penulis mukin lebih dapat menyempurnaan dalam tesis. Dengan demikian, penelitian tersebut memiliki kontribusi dan relevansi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.[5]
Metodologi Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kuntitatif, metode analisis regressi linear berganda dan melengkapi data penelitian dengan melakukan wawancara dan observasi terhadap siswa sekolah lanjutan di sekolah alam Indonesia.
 Jika Reviewer memperhatikan pendekatan yang dikunakan peneliti dalam mengumpulkan data tidaklah relevan dengan rumusan masalah, untuk membuktikan bahwa kecerdasan emosional mempunyai pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar, kemudian untuk mengetahui seberapa  besar pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa. Kalau pendekatan kuntitatif yang digunakan dalam mengukur pengaruh, maka akan lebih condong ke hasil belajar siswa bukan prestasi belajar.
Jadi reveiwer tawarkan pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan gabungan (Mixed Research) yaitu menggabungkan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian gabungan dalam bentuk konkuren, yang mana peneliti secara serempak menggunakan penelitian kuantitatif dan kualitatif terhadap masalah yang diteliti. Berbobot masing-masing penelitian digunakan secara seimbang dan terintegritas. Peneliti sejak awal telah menyusun desain penelitian dengan rancangan terpadu. Dan model konkuren yang digunakan adalah strategi triangulasi konkuren yaitu melakukan pengumpulan dan analisis data sesuai dengan masing-masing penelitian, dan kemudian hasil dibandingkan.[6]
kualitatif
Kuantitatif
Adapun skema dari model strategi triangulasi konkuren adalah
 



Pengumpulan Data                                                       Pengumpulan Data


Analisis Data                                                               Analisis Data
Hasil Analisis Data Dibandingkan

            Adapun rancangan secara umum dari strategi triangulasi konkuren ini adalah sebagai berikut :
Masalah
Studi Literatur
Identifikasi Masalah Batasan&Rumusan Masalah
Hipotesis
Populasi & Sampel

Penyusunan Instrumen (angket, skala, dan lain-lain)
Pengumpulan Data
Jenis Data (Nominal,Ordinal,Interval,dan Lain-lain)
Analisis Data Kualitatif
Analisis Data Kuantitatif
Data Teks,Rekaman,Kumpulan Dokumen,dan Lain-lain
Pengumpulan Data
Pemilihan Teknik
Pengumpulan Data (Interview, Observasi, Dokumen)

Masalah
Identifikasi Masalah
Fokus Penelitian
Pertanyaan Penelitian
Subjek Penelitian
 


























Hasil Akhir (Bandingkan hasil analisis data kuntitatif dan hasil analisis data Kualitatif)
 





            Sumber Data
            Sumber data yang digunakan peneliti ada dua yaitu sumber data primer dan sumber data skunder, namu dalam sumber data primer peneliti tidak pernah wawancara sama kepala sekolah, wakamad kurikulum, wakamad kesiswaan Cuma sama siswa dan guru saja, ini menurut reviewer kuranglah efektif dalam penelitian karena kepala sekolah itu pemimpin dalam sekolah itu yang lebih banyak tahu tentang sekolah tersebut. Jika kita melihat ada beberapa poin penting yang harus dimiliki oleh sekolah menuju terwujudnya sekolah unggul[7] yaitu
1.      Kepala Sekolah professional leader dalam tindakan dan perilaku yang mendorong dirinya, guru dan staf yang ada menuju visi keunggulan.
2.      Guru yang profesional
3.      Kurikuum yang baik
4.      Pemebelajaran yang dapat mengembangkan peserta didik
5.      Penilaian yang sistematis
6.      Layanan kepada peserta didik
7.      Pengembangan Bakat dan Minat
8.      Pengembangan Lingkungan Belajar
9.      Pengembangan Sarana dan Prasarana
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan peneliti adalah siswa sekolah lanjutan disekolah Alam Indonesia tahun 2013-2014 dengan jumlah siswa 113 orang. Sedangkan stratifikasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 90 siswa dengan taraf kesalahan 5% dari jumlah keseluruhan siswa sekolah lanjutan sekolah alam Indonesia yaitu 113 siswa. Dan peneliti menggunakan teknik probability sampling yaitu pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi sampel. Menurut reviewer teknik ini kurang efisien karena peneliti mengambil sampel Cuma 90 siswa dari 113 siswa, sedangkan dalam sekolah itu mempunyai jenjang yaitu ada kelas 1, 2 dan 3, sedangkan peneliti tidak menentukan mau teliliti kelas berapa.
Jadi reviewer memberi tawaran menggunakan teknik Stratified Sampling adalah suatu cara pengambilan sampel dari pupulasi yang menunjukkan adanya strata/tingkat/ kelas. Cara pengambilan sampel adalah membagi populasi ke dalam kelas-kelas atau lapisan-lapisan, anggota sampel ditarik dari tiap kelas/tingkat sehingga tiap stratum diwakili di dalam sampel.[8]

Instrument dan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan skunder. Data primer dikumpulkan dari penyebaran kuisioner terhadap siswa, kuisioner di gunakan dalam rangka melakukan pengukuran terhadap variabel kecerdasan emosional dan prestasi belajar. Namun yang menjadi permasalahan menurut reviewer disini adalah kuisioner itu berbentuk seperti apa? Apa pilhan ganda atau essay atau yang lainnya, kan ini belum jelas.
Jadi Reviewer memberi tawaran, jika ingin mengukur kecerdasan emosional maka yang digunakan kuisioner dalam bentuk essay (dalam bentuk pertanyaan pendapat, sikap dan perilaku) dan jika ingin mengukur prestasi belajar siswa maka kuisioner yang digunakan pilihan ganda dan di tambah dengan hasil dari observasi dan wawancara.
Teknik Analisis Data
Peneliti dalam menganalisis data bahwa kecerdasan emosional mamiliki pengaruh positif atau negatif terhadap prestasi belajar siswa sekolah lanjutan, maka peneliti menggunakan uji regresi linear berganda selanjutnya peneliti menggunakan multi regresi untuk mengetahui pengaruh dimensi kecerdasan emosional apa yang paling mempengaruhi prestasi belajar. Sedangkan untuk mengetahui dimensi kecerdasan emosional apa yang paling mempengaruhi ranah-ranah prestasi belajar yaitu afektif, kognitif,  dan psikomotorik peneliti menggunakan uji multi variat.
Menurut Reviewer, teknik analisis data yang digunakan peniliti untuk mengetahui apakah kecerdasan emosional memiliki pengaruh positif atau negatif terhadap prestasi belajar kurang tepat, karena uji regresi itu berpungsi untuk dapat meramal sesuatu diperlukan variabel peramal atau prediktor dan variabel yang diramalkan disebut juga kreteria.[9] Jadi reviewer menawarkan teknik analisis data yang harus digunakan peneliti biar lebih relevan dengan tujuan masalah adalah Teknik Korelasi Product Moment atau Korelasi Pearson (r). Teknik korelasi ini dapat digunakan jika (a) sumber data dari dua variabel tersebut datang dari subjek yang sama, (b) menggunakan angket atau wawancara terstruktur, (c) data diperoleh dari interviewer  dan data observasi yang sama, (d) data dari dua variabel itu adalah kontinum interval atau rasio, (e) hubungan dua variabel itu linier, (f) varian dua variabel itu homogen, (g) jumlah sampelnya besar (lebih dari 30), dan (h) distribusi data tiap variabel berbentuk unimodal (satu titik puncak).[10]

Kritik Teori
Dalam bab dua, peneliti menulis tentang teori yang dikemukan oleh beberapa akademik yang mengatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar. Semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional maka semakin tinggi tingkat prestasi belajar. Dasar pemikirannya adalah bahwa kecerdasan emosional merupakan paradigma baru dalam proses belajar mengajar yang selama ini bertumpu pada keyakinan bahwa kecerdasan intelektual merupakan faktor penentu keberhasilan seseorang.
Tesis ini mendukung beberapa teori diantaranya Parker (2004) dan Ogundokun (2010) yang mengatakan bahwa berbagai dimensi kecerdasan emosional merupakan prediktor keberhasilan akademis. Kanhai (2014), Aremu (2006) dan Nwadinigwe (2012) mengatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar, sehingga berkembangnya keterampilan kecerdasan emosional siswa akan mengarah pada peningkatan prestasi akademik.

Menurut reviewer, teori yang digunakan peneliti kurang relevan karena konsep kecerdasan emosional tidak berkaitan dengan prestasi belajar namun berkaitan dengan sikap-sikap terpuji dari kalbu dan akal yakni sikap bersahabat, kasih sayang, empati, takut berbuat salah, keimanan, dorongan moral, bekerja sama, beradaptasi, berkominaksi dan penuh perhatian serta kepedulian terhadap sesama makhluk ciptaan Tuhan. Kecerdasan emosional juga tidak ada hubungan positif dengan prestasi belajar.

Jadi reviewer menawarkan teori produktivitas pendidikan, yang mana ditentukan tiga kelompok sembilan faktor berdasarkan keterampilan afektif, kognitif dan prilaku untuk optimasi pembelajaran yang mempengaruhi kualitas kinerja akademik : Aptitude ( kemampuan, pengembangan dan motivasi), instruksi (jumlah dan kualitas/ prestasi belajar), lingkungan ( rumah, ruang kelas, teman sebaya dan televisi).[11]

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Di dalam tesis ini ada beberapa faktor di bahas yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor ekonomi, faktor pendidikan orang tua, faktor guru,  dan faktor kecerdasan emosional

Disini reviewer ingin menambahkan faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu[12]
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Ragam Faktor dan Elemennya
Internal Siswa
Eksternal Siswa
Pendekatan Belajar
1.    Aspek Fisiologi
-          Tubuh
-          Pancaindra
2.    Aspek Psikologis
-          Intelegensi
-          Sikap
-          Bakat
-          Minat
-          Motivasi
1.    Lingkungan Sosial
-          Keluarga
-          Guru
-          Masyarakat
-          Teman
2.   Lingkungan nonsosial
-          Rumah
-          Sekolah
-          Peralatan
-          Alam
1.    Pendekatan Tinggi
-          Speculative
-          Achieving
2.   Pendekatan Sedang
-          Analytical
-          Deep
3.   Pendekatan Rendah
-          Reproductive
-          Surface

Diantaranya Noehi Nasution dkk (1993) dalam materi pokok psikologi pendidikan, seperti yang dikutip oleh Djamarah. Mereka mengatakan bahwa belajar mengajar (learning teaching process) bukanlah aktivitas yang berdiri sendiri, ada unsur-unsur yang terlibat didalamnya. Unsur-unsur itu adalah masukan dari dalam diri siswa (raw input), masukan dari lingkungan siswa(environmental input), dan masukan dari seperangkat alat kelengkapan untuk siswa(instrumental input). Unsur-unsur itulah kemudian mempengaruhi dan menentukan prestasi belajar siswa(output).[13]















Daftar Pustaka


            JM Muslimin, Seminar Proposal Tesis, (Dikelas 209, SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) hari selasa, tgl 01/11/2016
Yusuf , A. Muri, 2014, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, Jakarta: Prenadamedia Group.
Mulyasana, Dedy , 2011, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, cet.1
Fachruddin, Fuad, 1991 dari Headlye Beare, dkk., Creating An Exellence School. London: Routtledge.            Gabrielle Amy Roberts, The Effect of Extracurricular Activity Participation on The Relationship Between Parent Involvement and Academic Performance in A Sample Of Third Grade Children. (2007)
Suprayogo, Imam dan Tobroni, 2001, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Siti Fatimah, Motivasi Berprestasi dan Prestasi Belajar Bidang Studi Agma Islam ( SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013)
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar(Jakarta:Rineka Cipta,2011)
Usep Abdul Matin, Seminar Proposal Tesis ( Di Kelas 209, SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) hari Selasa, tgl. 08/11/2016.
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012)        



                                                                                                              





[1] Usep Abdul Matin, Seminar Proposal Tesis ( Di Kelas 209, SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) hari Selasa, tgl. 08/11/2016.
[2] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: CV Alfabeta,2010), hlm 260
[3] Dedy Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2011) cet.1.hlm.21
[4] JM Muslimin, Seminar Proposal Tesis, (Dikelas 209, SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) hari selasa, tgl 01/11/2016
[5] Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001) hlm 35
[6] A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014) hlm 434
[7] Fuad Fachruddin dari Headlye Beare, dkk., Creating An Exellence School. (London: Routtledge, 1991), 154-157
[8] Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012) hlm 220
[9] A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014) hlm 296
[10] Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012) hlm 273
[11] Gabrielle Amy Roberts, The Effect of Extracurricular Activity Participation on The Relationship Between Parent Involvement and Academic Performance in A Sample Of Third Grade Children. (2007) hlm 10
[12] Siti Fatimah, Motivasi Berprestasi dan Prestasi Belajar Bidang Studi Agma Islam ( SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013)
[13] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar(Jakarta:Rineka Cipta,2011), hlm.175-175

Tidak ada komentar:

Posting Komentar